Sabtu, 27 November 2010

Membalas Cinta

Malam minggu...


Planning gw malam ini berubah. Gara-gara salah liat jadwal. And here i am sitting before my laptop. Writing all things that i wish i could conceiving from my mind to this note.


Beberapa minggu belakangan ini gw merenungkan sesuatu yang berkaitan dengan relasi antar manusia. Semuanya beranjak dari pengalaman pribadi dan curhat nya orang-orang di sekeliling gw. Tapi ndak sempat dituangkan dalam tulisan. Skripsi dan tawaran menulis di Twitter sedang menyita perhatian gw saat ini. Namun ketika membaca note seseorang yang begitu mengena, alhasil gw putusin rehat sejenak dari tulisan ilmiah itu ke tulisan humanis seperti ini. Mungkin kali ini gaya bahasa gw tidak sesinting biasanya. Namanya juga hasil perenungan, kawan. Cukup serius agaknya kalau menyangkut hal beginian. Gaya penulisan seperti ini juga gw sukai, selama masih bisa mengejawantahkan apa yg ada di pikiran ke dalam tulisan :)




Pernahkah kalian bertanya dalam diri kalian, mengapa ada orang yang memperlakukan kalian dengan tidak baik atau katakanlah tidak seperti yang kalian harapkan, saat kalian merasa telah memperlakukan mereka dengan sangat baik? Gw yakin, kita semua pernah. Anggaplah itu bukan semata karena kegeeran kita saja sehingga bisa dengan yakinnya mengatakan bahwa kita memang sudah memperlakukan mereka dengan sangat baik. Tapi memang demikianlah adanya bahwa memang kita sudah melakukan itu. Apalagi, jika orang itu begitu dekat dengan kita, begitu kita kasihi/hormati/kagumi. Pendeknya, orang yang berarti bagi kita.




Kita lantas terluka, sakit hati, dan mulai membuat batasan-batasan baru dalam menjalin relasi dengan yang lainnya. Bahkan, bagi orang-orang 'lama' yang berada dalam lingkup relasi kita pun, kita membuat mereka masuk dan mengikuti batasan yang baru kita buat itu. Seolah-olah, ini merupakan langkah terbaik untuk menghindari rasa sakit seperti itu agar tidak datang kembali. Oh, begitu kuatnya rasa sakit itu hingga kita lupa bahwa justru dengan mengalami proses itu, kita akan cukup kuat untuk memberi cinta yang lebih besar lagi.




Kawan....



Pernahkah kalian berpikir bahwa, setiap kita punya kecenderungan untuk melindungi diri kita dari banyak hal yang mengancam keselamatan kita, juga terhadap perasaan kita? Dan itu bukan hanya terhadap hal-hal buruk yang datang. Tapi juga terhadap hal yang baik. Kok bisa? Bisa!Itulah yang mereka, atau kita lakukan saat ada orang yang bersikap baik ke kita.




Saat kita mendapatkan perlakuan baik dari orang yang mengasihi kita, kita menjadi takut. Takut untuk balik mengasihi mereka dengan cinta terbesar yang kita punyai. Kita takut, saat kita sudah benar-benar berlaku demikian, dan mengijinkan mereka masuk dan terlibat jauh dalam kehidupan kita, they mess it up. Kehidupan yang selama ini kita bangun dan kita rasa cukup sempurna, menjadi hancur karena keterlibatan mereka. Yang kita takutkan sedari awal pun terjadi. Lantas kita berkata kepada diri sendiri,"Coba dari awal gw ikutin feeling gw. Jadinya pasti ndak begini..."



Bukankah itu yang mereka lakukan? Orang-orang yang kita katakan kita perlakukan dengan baik tadi, bukankah begitu pula yang mereka pikirkan?




Saat kita memulai interaksi yang baru dengan orang yan datang ke dalam kehidupan kita, sesungguhnya kita sudah mengijinkan mereka untuk terlibat dalam hidup kita ini. Meski, bukan bagian mereka bercampur tangan di dalamnya. Terlibat disini maksudnya adalah menjadi bagian dalam lingkup sosial pribadi. Mungkin kita perlu dengan jujur mengakui bahwa obrolan yang sangat ringan pun dengan mereka sudah membentuk identitas yang menjadi bagian dari diri sendiri. Jika demikian, mengapa kita menyalahkan mereka? Bukankah kita masih manusia yang tetap akan melakukan kesalahan dan tetap tidak akan bisa memuaskan setiap orang?






Bersyukurlah jika mereka membalas kita dengan baik sebagaimana kita memperlakukan mereka sejak awal. Relasi ini akan membantumu untuk lebih belajar mencinta yang lebih lagi.


Bersyukur pula lah jika mereka tidak membalasnya dengan baik. Paling tidak, kau sudah memiliki cinta terbesar yang bahkan mungkin tidak kau sadari. Yang membuatmu cukup tabah dan menerimanya dengan lapang dada. Karena tidak semua orang dapat melakukan hal demikian...





Pada akhirnya ini tentang dirimu sendiri dan Tuhan. Sebaik apapun yang kau lakukan, akan tetap ada orang-orang yang memperlakukanmu dengan tidak baik. Bukan, bukan untuk mengacaukan hidupmu jika hal itu terjadi. Tapi untuk membuatmu mengerti, bahwa hal itu hanya kau dapatkan dalam Tuhan. Jika kau masih saja terus mengharapkan cinta terbesar dari sekelilingmu, dari orang yang kau kasihi, kau hormati, kau kagumi, maka kau tidak akan menyadari apa itu cinta dan bagaimana mencinta.




Jika demikian, mengapa kita membuang waktu dengan kuatir akan bagaimana perlakuan mereka terhadap kita? Mengapa kita tidak membalas dengan yang lebih baik? Bukankah jika kita di posisi sebaliknya, kita berharap mereka melakukan hal yang sama?








Sebuah perenungan yang berasal dari pengalaman pribadi.


Semoga berguna...




Bandung, 27 November 2010

-Reynald-

Tidak ada komentar: