Siang tadi ada bunyi
bel dikosan. Sebenernya gw ngerasa, bel itu adalah bunyi yang ditujukan buat
gw. Dengan kata lain, ya tamu gw. Cuma karena malas turun dan merasa feeling
itu berlebihan, jadi gw abaikan saja. Apalagi ternyata opa juga tidak memanggil
sebagaimana yang lazimnya dia lakukan bila gw kedatangan tamu atau paket. Tapi
feeling tidak pernah salah. Bel itu memang buat gw.
Barusan
opa kosan naik ke atas dan memberi kabar, kalau hari ini gw kedatangan tamu
yang sama 2x. Tadi pagi dan tadi siang. Berhubung opa taunya tadi pagi gw pergi
gereja, so dia sampaikan kepada tamu-tamu ini untuk datang kembali siang hari.
Siapa tau sudah pulang. Siang sih sudah pulang, Cuma agaknya opa tidak tahu
bahwa gw sudah di kamar. So, tamu-tamu gw itu kembali pulang.
Oya, gw belum kasi
tau ya siapa tamu-tamu ini? Jadi mereka ini adalah 3 anak kecil yang ada di
rumah singgah di depan kosan. Mereka ini tinggal di 1 rumah oleh yayasan dari
gereja yang bekerja sama dengan pemerintah Korea untuk menampung anak-anak ini.
Mereka berasal dari keluarga yang tidak mampu. Maka, dibawalah mereka ini ke
Bandung untuk disekolahkan, sehingga mudah-mudahan masa depan mereka akan jauh
lebih baik.
Dua
diantara mereka adalah kakak adik, orang Batak. Seorang yang lain orang Ambon.
Mereka ini adalah anak-anak yang manis. Kalau bertemu di jalan, mereka tidak
pernah lupa untuk mencium tangan gw dan tertawa. Gw baru sekali sih singgah ke
rumah singgah mereka ini, pas Natal kemarin untuk ngasi sedikit kado. Sempat gw
janjikan untuk mengajari mereka bahasa Inggris bila gw pulang dari Rumah Sakit.
Tapi sudah keburu PBL di Cianjur, jadi janji itu masih belum tergenapi.
Ya,
itu sedikit tentang mereka.
Jadi, setelah opa ngasi
kabar, gw ambil beberapa tas sisa souvenir acara Natal koas taon kemarin dan 2
bungkus coklat, turun dan segera ke rumah mereka. Iya, kemarin pas ketemu gw ngejanjiin
ngasi coklat. Dan karena itulah maka mereka datang ke kosan menagih janji. Dua
kali pula. Dan pulang dengan tangan hampa. Kasian. That’s why, gw harus
langsung ke rumah mereka ngasi itu coklat agar harapan mereka tidak hilang.
Itu
kan cuma coklat. Gak usah berlebihan tentang harapan deg...
Mungkin itu yang
kalian pikirkan yah? Meeeennn.. Kalau kalian banyak gaul sama anak-anak, hal
yang remeh temeh semacam itu adalah penting buat mereka. Ini bukan sekedar
materinya. Tapi rasa sukacita yang mereka dapatkan ketika janji itu diberikan.
Coba deg kilas balik waktu kita kecil. Siapa yang tidak senang dijanjikan baju
baru ketika hari raya tiba? Walaupun baju itu ternyata Cuma dibeli di pasar
baru yang harganya mungkin Cuma 20 ribu. Siapa peduli? Kita Cuma anak-anak.
Yang kita tau hanyalah menikmati bahagianya memakai baju baru, dan menangis
ketika baju baru itu ketumpahan minuman.
Oya,
tadi pas balik, gw coba itung berapa langkah sih jarak dari rumah mereka ke kos.
Mulainya pas pertengahan jalan. Ternyata, dari tengah-tengah jarak itu hingga
ke kosan, Cuma 50 langkah. Yang berarti, ada sekitar 100 langkah saja. Kurang
mungkin, mengingat gak tengah-tengah amat gw mulainya. Meeen, kentut dari jarak
segitu masih bisa keciuman tuh. Dengan kata lain, gak ada alasan buat gw untuk
tidak kesana langsung. Ya nggak sih?
Itu saja cerita sore
hari ini. Dimana gw dalam kondisi lelah secara fisik dan kesepian secara jiwa,
tapi momen yang barusan gw alami cukup menghangatkan. Asik ya bahasa gue?
Silahkan muntah, kawan-kawan...
Ps. “Ya nggak sih?” Ini adalah kalimat seorang
konsulen cantik yang gw puja sepanjang masa. So cute when she said it...
Bandung, 3 Februari 2013
When life feels so weary and soul so lonely...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar